Selasa, 12 April 2011

Manusia dan Kebudayaan


Manusia dan Kebudayaan

Sumatera Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera dengan ibukota Padang. Provinsi ini terkenal dengan adat Minangkabau, Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung. Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi.
Sumatera Barat memiliki dataran rendah serta dataran tinggi yang membentuk Bukit Barisan yang membentang dari barat laut ke tenggara. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai.
Dibeberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa. Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa logat, seperti logat Bukittinggi, logat Pariaman, logat Pesisir Selatan dan logat Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu logat Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai. Mayoritas penduduk Sumatera Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang beragama Kristen terutama di kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha.
Objek-objek wisata yang sering  dikunjungi para wisatawan diantaranya:
1.      Jembatan Akar di kecamatan Bayang
2.      Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang
3.      Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan Pancung Soal
4.      Pulau Cingkuk dengan peninggalan Benteng Portugis dan Puncak Langkisau di Painan, kabupaten Pesisir Selatan, Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embum Pagi di kabupaten
5.      Istano Basa Pagaruyung, Danau Singkarak di kabupaten Tanah Datar, Danau Talang
6.      Danau Diatas dan Danau Dibawah dikenal juga dengan sebutan Danau kembar di kabupaten Solok, Panorama Ngarai Sianok
7.      Benteng Fort de Kock
8.      Jam Gadang di kota Bukittinggi, Pantai Air Manis
9.      Pantai Muaro, Pantai Caroline
10.  Pulau Sikuai di kota Padang, Tempat wisata Harau di kabupaten Lima Puluh Kota, Tempat wisata Ngalau di kota Payakumbuh, Candi Padang
12.  Pantai Gandoria di kota Pariaman, Pantai Arta
13.  Malibo Anai di kabupaten Padang Pariaman.
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik. Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang.Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis.
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama RandaiSedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai.
Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar